tidak ada waktu untuk olahraga. Kebiasaan-kebiasaan ini memicu gaya hidup
yang tidak sehat dan lebih berisiko mengidap diabetes.
Diabetes kadang memang berisiko dialami oleh orang yang memiliki riwayat
keluarga dengan diabetes juga. Namun 80 persen penderita diabetes justru
tidak memiliki riwayat keluarga sebelumnya dan menjadi orang pertama dalam keluarganya yang mengidap diabetes.
cenderung kurang sehat dan memicu timbulnya berbagai penyakit, salah
satunya diabetes.
"Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, faktor risiko diabetes lebih
banyak disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat, bukan keturunan saja. 80
persen penderita diabetes disebabkan oleh gaya hidup sebelumnya yang tidak
sehat," ungkap Dr Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes, Direktur Penyakit Tidak
Menular Kementerian Kesehatan RI, dalam acara Media Briefing 'Partnership for
Diabetes Control in Indonesia' di Hotel Ibis Tamarin, Jl. KH Wahid Hasyim,
Jakarta, Jumat (3/5/2013).
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun 2010 penderita
diabetes di Indonesia adalah 6,96 juta orang, sementara diperkirakan pada
tahun 2030 nanti penderita diabetes di Indonesia akan meningkat menjadi
11,98 juta orang.
Peningkatan ini masih bisa dicegah oleh perbaikan gaya hidup yang sehat,
seperti mengurangi kadar gula dalam konsumsi makanan sehari-hari,
menerapkan pola makan sehat dengan sayur dan buah-buahan, menyediakan
waktu untuk rutin olahraga 5 kali dalam seminggu, tidak merokok, dan istirahat
cukup.
"Perbaikan gaya hidup seperti ini tidak hanya bisa mencegah timbulnya
penyakit diabetes, tetapi juga penyakit mematikan lain seperti penyakit jantung
dan hipertensi," ungkap Prof. Dr. dr Pradana Soewondo, Sp.PD-KEMD, spesialis
penyakit dalam RS Cipto Mangunkusumo, dalam acara yang sama.
Ditegaskan pula oleh Prof Pradana, yang saat ini juga aktif sebagai anggota
Perkumpulan Endokriologi (PERKENI) Pusat, diabetes memiliki sifat yang
mematikan secara pelan-pelan. Penyakit ini juga tidak bisa disembuhkan,
hanya bisa dikurangi komplikasinya.
"Sekali terkena diabetes, tidak akan bisa sembuh. Namun kita masih bisa
melakukan upaya-upaya untuk mengurangi efek bahayanya, misalnya dengan
penerapan gaya hidup sehat. Tidak ada ruginya melakukan perubahan ini demi
kesehatan di masa depan," lanjutnya Prof Pradana.Sumber